Thursday, 12 April 2012

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM

I. LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah berdiri pada awal abad kedua puluh

dan memiliki latar belakang tertentu. Latar belakang tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu latar belakang

yang merupakan factor subyektif dan latar belakang yang merupakan factor obyektif. Yang tera

khir ini masih dibagi menjadi faktor intern (Indonesia) dan ekstern (luar negeri)


A. Faktor subyektif


Yang termasuk faktor subyektif ini adalah faktor pribadi pendiri muhammadiyah yaitu K.H Ahmad Dahlan. Kelahiran muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari pribadi K.H A. Dahlan. Pemahaman K.H A. Dahlan terhadap agama islam yang mendalam dan luas, merupakan pendorong pendirian muhammadiyah, apalagi pada kenyataannya beliau melihat, bahwa praktek pelaksanaan ajaran agama islam di Indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan apa yang telah dipahaminya itu. Menurut K.H A. Dahlan usaha-usaha untuk membawa umat islam agar menjalankan syariat islam sesuai dengan tuntunan yang diajarkan nabi Muhammad SAW harus dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang sesuai yang dianjurkan surat Ali Imron 104.

Pemikiran K.H A. Dahlan yang cemerlang tersebut tidak terlepas dari kehidupan pribadinya yang diuraikan secara singkat sebagai berikut:

K.H A. Dahlan dilahirkan pada tahun 1868 di kampong Kauman Yogyakarta. Kampung ini terkenal sebagai tempat bermukimnya orang-orang alim yang taat menjalankan agama islam. Pada masa kecil K.H A. Dahlan diisinya dengan belajar agama pada orangtuanya atau pada guru-guru lain, hingga pada umurnya yang ke 15, ayahnya H. Abubakar mengirimkannya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan melanjutkan pengkajiannya. Setelah sekitar 4 tahun di Mekkah ia kembali ke Tanah Air, dan melihat kenyataan bahwa praktek pelaksanaan islam banyak yang tidak sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya. Hakekat kenyataan seperti itu, walaupun selain baru pulang dari luar negeri, tidak serta mencelanya, malah tetap mengaji dan berdiskusi mengenai hal itu kepada guru-guru yang lebih tua.

Akhirnya beliau bertemu dengan Syeh Syukarti seorang tokoh jamiatul Khoir dan menyarankan kepada K.H A. Dahlan kembali ke Mekkah untuk mendalami lagi agama islam yang telah dipelajarinya itu. Pada waktu beliau embali ke Mekkah, disana telah banyak terjadi perubahan dan sedang berkembang aliran pembaharuan yang dipelopori oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab. K.H A. Dahlan lalu mempelajari buku-buku tokoh-tokoh aliran pembaharu tersebut dan berkesimpulan. Bahwa penyebaran ajaran agama islam harus dilaksanakan dengan perjuangan. Kembali ke TanahAir K.H A. Dahlan mengajak teman-temannya untuk melaksanakan ide-ide yang lalu, yaitu memperjuangkan ajaran islam dilaksanakan oleh umat islam secara murni lalu lahirlah Muhammadiyah.

Secara singkat alur pemahaman K.H A. Dahlan terhadap ajaran islam sehingga berdirinya muhammadiyah tercantum dalam muqodimah AD Muhammadiyah yang disusun oleh Ki Bagus Hadikusumo salah seorang murid langsungnya.

Matan Muqodimah tersebut adalah sebagai berikut:

”AMMA BA’DU, bahwa sesungguhnya ke Tuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Ber Tuhan dan beribadah tunduk dan ta’at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiapmakhluk terutama manusia.

Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qodrat irodat) Allah atas kehidupan manusia didunia ini. Masyarakat sejahtera aman dan damai makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan diatas keadilan , kejujuran, persaudaraan dan gotong royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh setan dan hawa nafsu. Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian nabi yang bijaksana dan berjiwa suci adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.

Menjunjung tinggi agama Allah lebih dari pada hukum manapun juga

1 comment:

Yusuf said...

Pengurus Muhamadiyah kini sudah banyak disusupi liberalisme